
PT Aneka Tambang atau Antam sedang berupaya menyelesaikan perjanjian jual beli saham anak usaha mereka, PT Nusa Karya Arindo (NKA) dengan perusahaan konsorsium LG Energy Solution (LGES) pada akhir tahun ini.
Direktur utama PT Antam, Nico Kanter, mengatakan perjanjian kerjasama pengembangan baterai kendaraan listrik senilai US$ 8 miliar atau sekitar Rp 122,79 triliun ditunda menyusul pergantian mitra dalam konsorsium LGES.
Konsorsium LGES akan datang ke Indonesia pada bulan Mei untuk menyampaikan konfirmasi dari anggota konsorsium LGES tentang komitmen mereka terhadap kerjasama yang disebut ‘Project Titan’ ini.
Antam menargetkan penandatanganan Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) dapat dilakukan tahun ini.
“Kami masih melihat kepastian negosiasi dari konsorsium LGES, tapi target kami kesepakatan transaksi bisa selesai tahun ini,” kata Nico saat ditemui di Gedung Nusantara I DPR, Jakarta pada Rabu (12/4).
Aksi Antam mengunci tenggat waktu implementasi CSPA dengan LGES ini menyusul aksi perseroan sebelumnya yang telah mengajukan kesepakatan target transaksi penjualan bijih nikel melalui anak usahanya, PT Sumberdaya Arindo (SDA), untuk proyek kerjasama baterai kendaraan listrik dengan perusahaan China. Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL), direalisasikan paling lambat Oktober tahun ini.
Keterlibatan Antam dalam Proyek Titan berawal dari Holding Industri Pertambangan Indonesia atau MIND ID yang membentuk joint venture (JV) dengan produsen teknologi asal Korea Selatan itu untuk mengembangkan baterai listrik di Tanah Air.
MIND ID juga terlibat dalam bisnis produksi baterai listrik dan kendaraan listrik melalui Indonesia Battery Corporation atau IBC. IBC adalah holding pabrik baterai listrik Indonesia yang terdiri dari MIND ID melalui PT Antam dan Inalum, Pertamina, dan PLN. MIND ID memegang 25% saham IBC.
Sebagai pemasok bijih nikel, Antam telah melakukan spin off atau pemisahan anak usaha dari induknya untuk membentuk perusahaan baru di segmen bisnis nikelnya senilai Rp 9,8 triliun.
Aksi spin off tersebut menghasilkan dua anak usaha baru yakni PT Nusa Karya Arindo (NKA) dan PT Sumberdaya Arindo (SDA) yang masing-masing diamanatkan menjadi bagian dari konsorsium dua proyek pengembangan ekosistem kendaraan listrik dalam negeri.
PT NKA akan menjadi pemasok bijih nikel untuk proyek Titan, sedangkan PT SDA akan bertindak sebagai pemasok bijih nikel untuk proyek baterai kendaraan listrik dengan konsorsium Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL) di Proyek Naga yang diharapkan aktif beroperasi pada tahun 2025.
Kedua anak usaha tersebut akan mengelola sebagian wilayah izin usaha Antam di Halmahera Timur, Maluku Utara untuk mixed hydroxide precipitate (MHP) atau mixed sulfide precipitate nickel (MSP) sebagai bahan baku prekursor dan katoda baterai kendaraan listrik. Setelah itu, pengembangan bahan baku sel baterai akan dilanjutkan di Kawasan Industri Batang dan Karawang.
“Karena ada beberapa perubahan konsorsium LGES dan kalau sudah selesai kita harus cepat bersama-sama agar semua CSPA ditandatangani pada 2023,” kata Nico.