
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan ekspor bijih tembaga pada 2022 mencapai 3,13 juta ton, meningkat 40,35% dari tahun sebelumnya sebanyak 2,23 juta ton.
Sementara itu, nilai ekspor tembaga pada 2022 merupakan yang tertinggi dalam sejarah Indonesia, mencapai US$ 9,24 miliar atau setara Rp 138,43 triliun dengan asumsi kurs rupiah Rp 14.976 per dolar AS.
Melonjaknya kinerja ekspor bijih tembaga ini diklaim karena melonjaknya permintaan bahan baku produk olahan industri global. Terutama dalam kebutuhan infrastruktur kelistrikan dan pengembangan baterai untuk produksi kendaraan listrik.
Direktur Eksekutif Energy Watch Daymas Arrangga mengatakan, pengembangan paralel ekosistem baterai dan kendaraan listrik akan meningkatkan permintaan transmisi listrik.
Situasi ini secara otomatis berdampak pada menguatnya permintaan yang signifikan terhadap bahan baku komponen pendukung seperti kabel dan transmisi listrik yang biasanya dihasilkan dari mineral tembaga.
“Ekosistem baterai tidak bisa berjalan sendiri, pasti membutuhkan pendukung seperti transmisi dan kabel. Bahan baku produksi barang pendukung juga harus tersedia,” ujar Daymas saat dihubungi melalui telepon, Rabu (25/1).
Tujuan Utama Jepang Ekspor Tembaga Indonesia
Mayoritas pembeli bijih tembaga RI berasal dari negara-negara Asia Timur yang menyumbang hingga 2,09 juta ton atau 66,77% dari total ekspor bijih tembaga ke luar negeri sepanjang tahun 2022.
Jepang merupakan pengekspor terbesar komoditas bijih tembaga Indonesia dengan total 761,28 ribu metrik ton sepanjang Januari hingga Desember 2022. Nilai transaksi tercatat US$ 2,28 miliar. Pembelian dengan jumlah terbesar terjadi pada bulan April yaitu sebesar 132,93 ribu ton.
Kemudian ada China yang menempati urutan kedua dengan total ekspor bijih tembaga sebanyak 597,36 ribu ton senilai US$ 1,77 miliar. Ekspor terbesar terjadi pada Agustus dengan total pengapalan sebanyak 109,97 ribu ton.
Posisi nomor tiga adalah Korea Selatan melalui ekspor 530,24 ribu ton bijih tembaga sepanjang 2022 senilai US$ 1,63 miliar. Ketiga negara tersebut sebelumnya konsisten sebagai pelanggan tetap dan tidak pernah hadir sejak Januari hingga Desember 2022.
Berikutnya, India di urutan keempat dengan total volume ekspor 284 ribu metrik ton senilai US$ 872 juta. Selanjutnya ada Taiwan yang mengekspor 209,5 ribu ton bijih tembaga RI dengan nilai transaksi US$ 568 juta.
Sementara negara tetangga Malaysia juga merupakan pasar potensial bijih tembaga RI dengan total penjualan mencapai 199,5 ribu ton senilai US$ 559 juta.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan, saat masih berupa bijih, harga tembaga hanya US$ 4,36 per ton. Harga jualnya akan naik menjadi US$ 1.365 per ton jika diolah menjadi konsentrat tembaga.
Apalagi, harga komoditas tembaga akan lebih tinggi jika sudah melalui tahap pemurnian menjadi katoda tembaga dengan harga US$ 6.049 per ton. Produk akhirnya berupa kabel tembaga dengan harga jual US$ 13.000 per ton.