
Indonesia mengusulkan pembiayaan sekitar US$ 4 miliar atau setara dengan Rp 62,14 triliun (asumsi kurs Rp 15.537), kepada beberapa penyandang dana, termasuk Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB), untuk membiayai energi transisi.
Mengutip BNN Bloomberg, Sabtu (22/10), dana itu akan digunakan untuk mempercepat penutupan pembangkit listrik berbasis batu bara atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas hingga 2 gigawatt (GW). Data BloombergNEF menunjukkan bahwa Indonesia memiliki sekitar 37 GW PLTU.
Kesepakatan tentang pembiayaan ini diharapkan bisa diselesaikan paling cepat minggu depan. Indonesia akan meminta persetujuan dari pemodal terkait rencana investasi tersebut pada pertemuan pada 26 Oktober.
Rencana pembiayaan untuk menghentikan pembangkit listrik tersebut merupakan salah satu upaya Indonesia untuk beralih dari batu bara, komoditas yang menghasilkan lebih dari setengah kebutuhan listrik Indonesia, dan mendukung pertumbuhan ekonominya.
Pendanaan akan dilakukan melalui platform, yang bertujuan untuk memungkinkan proyek memasuki campuran investor multilateral dan swasta, bukan hanya pendanaan bilateral.
Platform, yang dikenal sebagai “Mekanisme Transisi Energi”, menunjukkan salah satu cara negara-negara berkembang dapat membiayai perpindahan mereka ke energi yang lebih bersih, sambil mempertahankan kekuasaan atas kebijakan lokal. Platform ini banyak digunakan oleh beberapa negara, dari Afrika Selatan hingga India, yang mencari pembiayaan untuk tujuan mitigasi iklim.
Para pejabat Indonesia juga dikatakan bekerja sama dengan perwakilan Amerika Serikat (AS) dan negara kaya lainnya dalam “paket transisi energi yang adil”.
Paket tersebut mencakup pendanaan jutaan dolar untuk mendukung transisi energi dari batu bara. Negosiasi sedang berlangsung, dengan kesepakatan akan diumumkan di luar pertemuan G20 pada bulan November.
Sebagai bagian dari proposal US$4 miliar, pemerintah mengusulkan penutupan awal unit pembangkit listrik Suralaya dan Paiton, yang termasuk yang terbesar di Asia Tenggara.
Proyek lain dalam proposal tersebut termasuk penutupan tambang batu bara, dan pembangunan kapasitas energi terbarukan, sambil memperluas peran perempuan di sektor tersebut.
Indonesia, sebagai salah satu pengekspor batu bara termal terbesar di dunia, baru-baru ini meningkatkan sasaran pengurangan emisinya.
Indonesia telah menetapkan tujuan untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060, termasuk mengembangkan energi surya, panas bumi, dan nuklir untuk menggantikan batu bara.