
PT Freeport Indonesia (PTFI), menilai positif rencana pemerintah untuk memperluas cakupan komoditas mineral hilir dengan menerapkan larangan ekspor tembaga pada pertengahan tahun ini.
Untuk itu, Freeport tengah berupaya menyelesaikan proyek pengolahan dan pemurnian mineral atau pabrik peleburan tembaga di Gresik, Jawa Timur, yang sempat tertunda akibat Pandemi Covid-19.
Vice President Corporate Communications PT Freeport Indonesia Riza Pratama mengatakan, pembangunan smelter ditargetkan selesai seluruhnya pada akhir 2023, dengan peningkatan produksi pada 2024.
Proyek kilang PT Freeport berkapasitas 1,7 juta ton per tahun dibuat di kawasan industri Gresik Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE).
“Kami mendukung kebijakan hilirisasi pemerintah, dan memperluas investasi besar dalam pembangunan fasilitas peleburan dan pemurnian di dalam negeri,” kata Riza kepada Katadata.co.id melalui pesan singkat, Minggu (16/1).
Pembangunan pabrik pengolahan tembaga tersebut dimulai pada 2019 dan diharapkan dapat beroperasi pada akhir Mei 2024. Progres pembangunan smelter telah mencapai sekitar 50% pada akhir Desember 2022. Setelah itu, produksi akan ditingkatkan secara bertahap hingga komersial. beroperasi pada akhir tahun 2024.
“Sebelumnya kegiatan konstruksi terbatas karena wabah, tetapi saat ini kami sedang membuat kemajuan yang sangat baik dalam menyelesaikan proyek secepat mungkin,” kata Riza.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo berencana melarang ekspor tembaga pada pertengahan tahun ini. Langkah ini merupakan bagian dari rencana industrialisasi Presiden Jokowi untuk sisa masa pemerintahannya.
“Terkait kebijakan pelarangan ekspor nikel, kita akan terus merugi di WTO. Padahal, bauksit kita hentikan Desember tahun lalu, dan pertengahan tahun mungkin akan lebih banyak lagi ekspor tembaga kita hentikan,” kata Presiden Jokowi di sela-sela pertemuan. Dies Natalis ke-50 PDIP, Selasa (10/1).