PT Geo Dipa Energi mencatatkan realisasi produksi listrik sebesar 395,4 gigawatt hour (GWh) pada semester I 2023, atau meningkat 14,6% dari realisasi periode yang sama tahun lalu sebesar 345 GWh.
Besaran goncangan panas bumi tersebut berasal dari dua pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) eksisting perseroan yakni PLTP Dieng, Banjarnegara dengan total 145,3 GWh dan PLTP Patuha, Ciwidey dengan total 250,1 GWh.
Direktur Operasi dan HSSE Geo Dipa Energi Rio Supriadinata Marza mengatakan, produksi listrik panas bumi dari kedua PLTP tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Produksi listrik di PLTP Dieng dan PLTP Patuha meningkat masing-masing sebesar 8,3% dan 18,4%.
“Produksi semester I 2022 sekitar 134 GWh untuk Dieng dan 211 GWh untuk Patuha,” ujar Rio melalui SMS, Selasa (11/7).
Seluruh produksi geothermal shock Geo Dipa sepenuhnya disalurkan ke PLN. Rio mengatakan Geo Dipa menargetkan dapat menyalurkan listrik bersih 840 Gwh ke PLN tahun ini. Targetnya naik 5% dari realisasi penyaluran tahun 2022 sebesar 800 GWh.
Guna meningkatkan produksi listrik bersih, Geo Dipa tengah mengembangkan PLTP Dieng 2 dan PLTP Patuha 2 yang diproyeksikan beroperasi komersial pada 2025 dan 2026. Sedangkan proyek perluasan PLTP Dieng 3 masih dalam tahap perencanaan pembangunan proyek dengan target beroperasi pada tahun 2028.
Kementerian ESDM menyatakan pertumbuhan total kapasitas terpasang energi terbarukan mencapai 12,5 GW hingga Desember 2022. Pencapaian ini diproyeksikan akan terus meningkat, sejalan dengan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kapasitas terpasang hingga 368 MW. pada tahun 2023.
Kapasitas pembangkit listrik energi terbarukan meningkat sebesar 48,3 MW pada kuartal I 2023. Kapasitas tersebut setara dengan 13% dari target instalasi listrik hijau sebesar 368 MW tahun ini.
Penambahan kapasitas pembangkit EBT berasal dari PLTP 12,8 MW dan PLTS 17,8 MWp. Selain itu, terdapat produksi listrik bersih dari pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) sebesar 4,4 MW, pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) sebesar 1,8 MW dan PLTS atap sebesar 11,5 MWp.
Di sisi lain, PLN menargetkan empat proyek green power beroperasi pada 2023. Dua proyek itu adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Waduk Cirata, Jawa Barat dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Peusangan, Aceh.
Tambahan produksi listrik bersih juga akan berasal dari PLTP Dieng, Wonosobo dan PLTP Sokoria di Nusa Tenggara Timur dengan total kapasitas 13 megawatt (MW).
Kedua PLTP tersebut akan beroperasi secara komersial pada akhir tahun 2023. Kombinasi keempat proyek energi terbarukan tersebut dapat memberikan tambahan listrik bersih hingga 203 megawatt (MW).
Direktur Mega Proyek dan Energi Baru dan Terbarukan PLN Wiluyo Kusdwiharto mengatakan, proyek PLTS merupakan floating shock field terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas pembangkitan puncak 145 megawatt (MWp) dengan harga listrik 5,8 sen per kilowatt hour. (kWh).
“Kemungkinan PLTS Terapung terbesar se-Asia Tenggara di Cirata, insyaallah tahun ini beroperasi,” kata Wiluyo di The Neighbourhood Jakarta, Rabu (5/7).
PLTA Peusangan terbagi tiga, PLTA Peusangan I berkapasitas 45 MW ditargetkan beroperasi akhir tahun ini disusul PLTA Peusangan II berkapasitas 43 MW pada Juli 2024.
“Akhir tahun ini juga ada proyek besar di Sumatera yaitu PLTA Peusangan,” ujar Wiluyo.
Lebih lanjut, pengoperasian PLTP Dieng berkapasitas 10 MW ini merupakan kelanjutan dari proyek skala kecil yang merupakan pembangkit lanjutan dari PLTP Dieng yang sudah ada dengan kapasitas 60 MW.
Tambahan produksi listrik di wilayah kerja panas bumi (WKP) Dieng sebesar 10 MW dari pembangkit turbin skala kecil yang dioperasikan oleh PT Geo Dipa Energi.
Sedangkan PLTP Sokoria akan menyumbang listrik panas bumi dengan kapasitas 3 MW. Kapasitas produksi listrik PLTP Sokoria lebih kecil dari target awal 5 MW.
