
Penurunan harga batu bara terus berlanjut. Harga mineral hitam ini kini berada di level terendah hampir dua tahun, atau sejak Juli 2021.
Batubara patokan dunia di ICE Newcastle Australia untuk kontrak Juli 2023 diperdagangkan pada US$ 137,15 per ton. Terakhir kali harga berada di level tersebut pada 1 Juli 2021 tepatnya US$ 137,75 per ton.
Laporan S&P Global Commodity Insight menyebutkan bahwa harga batu bara global berada di bawah tekanan besar. Hal ini menyusul lesunya permintaan dari dua negara konsumen batu bara terbesar di dunia, China dan India.
Permintaan batu bara dari Eropa juga melemah karena turunnya permintaan batu bara untuk pembangkit listrik sejalan dengan kuatnya pasokan gas alam dan pembangkit energi baru terbarukan.
“Dengan stok batu bara termal yang cukup di pelabuhan Eropa dan permintaan batu bara yang lebih rendah karena cadangan gas alam yang kuat dan pembangkit energi terbarukan, para pemain di Eropa ingin memasuki pasar Asia untuk menjual kembali batu bara mereka,” kata sumber tersebut kepada S&P. Global Commodities, dikutip Senin (29/5).
Perkembangan tersebut terjadi pada saat permintaan batubara termal di Asia melemah karena produksi domestik yang kuat dan suhu yang lebih rendah dari perkiraan, meskipun harga telah jatuh ke tingkat yang tidak terduga setidaknya dalam tiga bulan terakhir.
Pelaku pasar di Asia melaporkan telah menerima beberapa penawaran batubara dari pemain Eropa, terutama untuk batubara bernilai kalori tinggi, yang digunakan oleh sebagian besar pembangkit listrik mereka.
“Saya membeli kiriman dari Polandia baru-baru ini dan menerima tawaran lain untuk batubara di atas 5500 kcal/kg NAR. Karena harga global turun drastis, pemain Eropa siap jual meski rugi atau kualitas produk akan terus turun,” ujar trader asal India.
Lemahnya permintaan dari China dan India menekan harga batu bara India, sementara harga batu bara Afrika Selatan juga turun akibat persaingan yang semakin ketat di pasar global.
“Batubara dari Afrika Selatan harus bersaing dengan batu bara dari Kolombia, Indonesia, Australia yang memiliki kandungan abu dan air yang tinggi,” kata pedagang yang berbasis di Amerika Serikat (AS).
Dengan batu bara Eropa juga ingin memasuki Asia, pembeli akan memiliki lebih banyak pilihan daripada sebelumnya. Namun, beberapa pelaku pasar berpendapat bahwa batu bara yang berasal dari Eropa kemungkinan akan kurang populer di kalangan pembeli Asia karena batu bara baru dengan harga bersaing mudah tersedia saat ini.
“Batu bara yang datang dari Eropa itu lama karena diimpor sebelum musim dingin untuk perkiraan peningkatan kebutuhan listrik. Jadi, propertinya tidak akan sama tapi tetap saja jika mereka menawarkan harga yang jauh lebih rendah dari yang mereka tawarkan sekarang, mereka mungkin mendapatkan pembeli, ”kata seorang pembeli yang berbasis di India.
“Eropa kelebihan menimbun sekitar 20 juta mt batu bara sehingga tidak ada permintaan sekarang tapi sepertinya akan berkurang dalam lima bulan ke depan dan harga mungkin akan pulih nanti,” kata seorang pedagang yang berbasis di Afrika Selatan.
Pedagang lain menambahkan bahwa diskon batubara termal Rusia, batubara metalurgi dan LNG sebagian besar bertanggung jawab atas penurunan nilai di sekitar pasar global karena harga diskon mereka.
Pelaku pasar juga percaya bahwa kenaikan besar harga Asia tidak mungkin karena musim hujan akan mengurangi permintaan listrik dan negara-negara besar Asia tampaknya memiliki stok yang cukup untuk saat ini.