
Kuota produksi bijih bauksit tahun ini diproyeksikan turun menjadi 31 juta metrik ton dibandingkan tahun sebelumnya 50 juta metrik ton.
Hal ini menyusul kekhawatiran para pengusaha yang melihat potensi bijih bauksit tidak terserap pasar domestik akibat kondisi fasilitas pengolahan mineral (smelter) yang belum optimal di tengah kebijakan larangan ekspor pada Juni lalu.
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli mengatakan rata-rata jumlah produksi tahunan yang tertuang dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) mencapai 50 juta ton per tahun dari 16 perusahaan tambang bauksit.
Menurut Rizal, pengusaha kini menyesuaikan kapasitas smelter dengan rencana produksi perseroan. Rata-rata volume tahunan sebesar 50 juta ton diprediksi hanya akan terealisasi sebesar 31 juta ton pada tahun 2023.
Ini berangkat dari perhitungan perusahaan yang melihat potensi bauksit mentah sebanyak 19 juta ton tidak terserap karena terbatasnya fasilitas peleburan.
“Karena ada 19 juta ton yang belum dialokasikan. Belum jelas alokasinya ke mana karena beberapa smelter belum selesai,” kata Rizal saat dihubungi melalui telepon, Selasa (10/1).
Rizal mengatakan, pelaku usaha yang tidak menyelesaikan atau membangun smelter berpotensi berhenti beroperasi karena bauksit mentah yang ditambang tidak bisa diolah atau dijual ke luar negeri.
Cara lainnya, perusahaan harus bermitra atau bekerja sama dengan perusahaan yang telah membangun smelter. Artinya, akan ada perusahaan yang tidak terafiliasi dengan smelter dan berhenti mengekspor, kata Rizal.
Dia juga mengatakan, beberapa perusahaan tambang bauksit tidak mendapatkan persetujuan RKAB dari Kementerian ESDM, sehingga menimbulkan ancaman penundaan produksi awal tahun ini.
Menurut Rizal, hal itu terjadi karena ada perubahan kewenangan pengesahan RKAB dari yang ditandatangani Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menjadi Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba).
“RKAB harus diterbitkan akhir Desember. Kalau tidak, Januari tidak bisa diproduksi oleh pengusaha,” kata Rizal.