
Kementerian ESDM memastikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Indramayu di Jawa Barat akan terhenti akibat oversupply atau kelebihan pasokan di sistem kelistrikan Jawa, Madura, Bali atau Jamali.
“Jadi ini terkait kelebihan kapasitas Jawa-Bali, jadi ada risikonya,” kata Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman Parada Hutajulu di Kementerian ESDM, Rabu (31/3). /5). .
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan perseroan menghadapi surplus listrik yang besar.
Dalam Rapat Dengar Pendapat atau RDP dengan Komisi VI DPR pada 15 Juni tahun lalu, dia menyebut situasi di Jawa tahun depan termasuk tambahan pasokan listrik 6,8 GW. Hal ini tidak diimbangi dengan tambahan kebutuhan yang hanya sebesar 800 MW.
Darmawan mengatakan kelebihan pasokan listrik terjadi di sistem Jamali dan sistem Sumatera. Surplus listrik akan terjadi di Sumatera selama tiga tahun ke depan hingga 2025. Penambahan kebutuhan listrik hanya 1,5 GW, sedangkan penambahan kapasitas 5 GW. Provinsi Kalimantan dan Sulawesi juga mengalami hal yang sama.
Rencana pembangunan PLTU Indramayu di Jawa Barat berkapasitas 2 x 1.000 megawatt (MW) batal karena Japan International Cooperation Agency atau JICA menghentikan pemberian pinjaman kepada Indonesia pada Juni tahun lalu.
Keputusan Pemerintah Jepang untuk menghentikan proyek pembangunan PLTU Indramayu diambil sebagai tanggapan atas kritik dunia internasional terhadap PLTU berbahan bakar batubara yang menjadi penyebab utama emisi gas rumah kaca.
Sejauh ini, emisi rumah kaca adalah salah satu penyebab terbesar pemanasan global. Jepang juga mundur dari proyek pembangunan PLTU Matarbari di Bangladesh.
Proyek PLTU Indramayu di Indonesia dan proyek PLTU Matarbari di Bangladesh masih dalam tahap kajian yang didukung pendanaan dari pemerintah Jepang. Namun hingga saat ini belum ada proyek yang dilanjutkan ke tahap konstruksi.