
PT PLN (Persero) berkolaborasi dengan International Energy Agency (IEA) untuk menyelesaikan Rencana Investasi dan Kebijakan Kemitraan Transisi Energi Berkeadilan (JETP IPP) dalam percepatan transisi energi Indonesia. Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara kedua pihak.
IEA adalah lembaga independen profesional yang menjadi rujukan dunia untuk analisis, data, rekomendasi kebijakan, solusi pengembangan untuk ketahanan energi, ekonomi berkelanjutan, dan pembangunan lingkungan.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan kerjasama kedua lembaga ini sudah berlangsung lama dan kerjasama ini khusus untuk mencapai target pengurangan emisi karbon dunia, PLN dan IEA memperkuat kerjasama.
“Kami memiliki visi yang sama untuk masa depan. Masa depan adalah energi berkelanjutan yang akan membawa kemakmuran dan kejayaan bagi bangsa dan dunia,” kata Darmawan dalam keterangan tertulis, Rabu (19/4).
Darmawan juga menjelaskan banyak tantangan dalam pelaksanaan proyek transisi energi. Salah satu tantangannya adalah proyeksi pertumbuhan permintaan listrik serta situasi permintaan yang dinamis di Indonesia. Tantangan-tantangan ini perlu diselesaikan melalui kolaborasi.
“PLN dan IEA akan menjadi pionir, menunjukkan kepada dunia bahwa roadmap transisi energi dapat dibangun melalui kerja sama. Bisa dibangun secara komprehensif dari hulu ke hilir,” tambah Darmawan.
Pada tahun 2030, tantangan emisi karbon di sektor ketenagalistrikan yang dikelola PLN akan mencapai 433 juta ton dalam skenario business as usual. Upaya dalam RUPTL 2021-2030 akan menurunkan emisi menjadi 335 juta metrik ton CO2, yang akan menjadi dasar pencapaian target net zero emission (NZE) pada tahun 2060.
Upaya pencapaian NZE memerlukan langkah-langkah percepatan antara lain dengan menarik pembiayaan murah untuk mendanai investasi besar.
“Kami memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai emisi nol bersih. Yang kita butuhkan adalah konsolidasi setiap langkahnya,” kata Darmawan.
Indonesia sebagai negara kepulauan juga dipertimbangkan oleh IEA untuk meningkatkan interkoneksi sistem kelistrikan. Hal ini penting untuk menjamin pemerataan akses listrik bagi semua orang. Sistem sambungan yang handal akan mempengaruhi harga listrik yang terjangkau bagi masyarakat.
Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol menjelaskan mendukung penuh langkah Indonesia dalam transisi energi. Upaya Indonesia untuk mengurangi emisi karbon akan berdampak langsung pada pengurangan emisi karbon.
“Kami mendukung penuh Indonesia dalam proyek transisi energi. Dukungan IEA kepada Indonesia dapat menjadi insentif bagi berbagai pihak untuk bekerjasama dalam proyek transisi energi,” kata Fatih Birol.
Kedua belah pihak akan bekerja sama untuk memperkuat roadmap NZE yang telah dibuat oleh Indonesia. Kedua pihak juga akan mempertajam skema JETP dalam menarik kerja sama investasi untuk membiayai proyek transisi energi di Indonesia.
Khusus dalam proyek pengembangan pembangkit EBT, pembangunan jalur transmisi yang memungkinkan energi hijau dan juga peningkatan kapasitas sumber daya manusia Indonesia untuk mempersiapkan era baru dalam pengembangan energi di masa depan.