
Keseimbangan antara operasi penambangan dan kelestarian lingkungan menjadi fokus PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMAN) dalam mengoperasikan tambang Batu Hijau di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Nusa Tenggara Barat (NTB).
Salah satu wujud dari komitmen keseimbangan tersebut adalah kegiatan reklamasi dengan cara memulihkan dan meningkatkan kualitas lingkungan, serta ekosistem di kawasan sekitar tambang AMMAN. Hal ini dimaksudkan agar kawasan di sekitar tambang dapat berfungsi kembali secara optimal.
Di lokasi tambang Batu Hijau, pembukaan lahan untuk operasi penambangan mencapai 3.364,76 hektare. Dan proses reklamasi lahan yang dilakukan AMMAN sudah mencapai 768 hektar.
Perusahaan menjalankan program reklamasi secara paralel. Yaitu melalui pemulihan kualitas ekosistem hutan seiring dengan operasi penambangan. Dengan begitu, tidak perlu menunggu operasi penambangan berhenti.
Vice President Corporate Communications & Investor Relations AMMAN Kartika Octaviana menjelaskan, dari 12.500 hektare lahan yang masuk dalam wilayah operasional kami, 3.364,76 hektare lahan digunakan untuk operasi penambangan.
Kemudian, AMMAN secara bertahap melakukan proses reklamasi yang hingga kini telah selesai seluas 768 hektare. Total ada 2.800 hektare yang akan direklamasi.
“Kami berkomitmen untuk terus melakukan kegiatan reklamasi berkelanjutan yang telah kami lakukan sejak mulai beroperasi,” ujarnya dalam siaran pers, Jumat (7/7).
Secara teknis, jenis tanaman yang ditanam di lahan reklamasi bersifat spesifik lokasi, sesuai dengan tipe hutan di Batu Hijau. Hal ini bertujuan untuk mengembalikan kondisi ekosistem hutan kembali ke kondisi semula melalui kegiatan reklamasi.
Program penghijauan AMMAN tidak hanya terfokus pada pemulihan bekas tambang tetapi juga menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat. Melalui pendekatan etnobotani, AMMAN membantu menanam sekitar 1.000 anakan untuk menghasilkan pohon tebu di kawasan hutan.
Tanaman yang menjadi sumber Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) ini menjadi sumber pendapatan masyarakat Sumbawa Barat, khususnya di wilayah Tongo. AMMAN juga fokus pada produk hilir dari sawit, dengan mendirikan Rumah Produksi Kelapa Sawit yang diharapkan mampu meningkatkan keterampilan petani dalam mengolah produk turunan dari tanaman ini.
Kartika mengatakan seluruh program reklamasi dapat berjalan dengan baik dan lancar dengan dukungan beberapa pihak terutama KPH Sejorong Mataiyang, Nusa Tenggara Barat dan Balai Reklamasi Tambang Institut Pertanian Bogor (IPB).
“Untuk menjaga keberhasilan proses reklamasi dan menjaga kelestarian lingkungan, kami bekerja sama dengan Pusat Reklamasi Tambang IPB sebagai pihak ketiga yang independen dalam melakukan pengawasan,” tambah Kartika.
Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Sejorong Mataiyang NTB, Syahril mengatakan, dirinya memiliki harapan besar sebagai pengelola hutan agar apa yang dilakukan dengan AMMAN dapat dipertahankan oleh semua pihak.
“Mudah-mudahan tanaman ini bisa dijaga bersama sehingga bisa bermanfaat bagi generasi mendatang,” kata Syahril.
Sedangkan sejak tahun 2020, AMMAN telah berhasil menanam 1.000 bibit sawit di sepanjang Sungai Sejorong di Sumbawa Barat. Lanjutkan penanaman 3.000 bibit lagi di tahun 2021 dan 2022 di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sumbawa.
Secara total AMMAN menanam 1,5 juta pohon di kawasan reklamasi, 1,1 juta pohon di Daerah Restorasi Daerah Aliran Sungai (DAS), dan 7.150 pohon untuk program etnobotani, mangrove, dan hutan pantai.