liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138

Pemerintah Diimbau Perluas Hutan Tanam Energi untuk Pasok Biomassa PLN

Pemerintah Diimbau Perluas Hutan Tanam Energi untuk Pasok Biomassa PLN

Asosiasi Energi Biomassa Indonesia atau MEBI meminta pemerintah memperluas pengadaan hutan tanaman energi (HTE) untuk memenuhi pasokan biomassa dan bahan bakar untuk produksi listrik, khususnya pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) milik PLN.

Hal ini bertujuan untuk memenuhi pasokan biomassa dalam negeri yang minim karena sebagian besar dijual ke pasar ekspor.

Ketua MEBI, Milton Pakpahan mengatakan, hasil hutan Indonesia bisa dicampur dengan batu bara di sektor pembangkit energi.

Menurut Milton, pembangkit listrik di Indonesia umumnya menggunakan batu bara dengan nilai kalori 4.200 kkal. Standar ini tidak jauh berbeda dengan biomassa dari beberapa limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan yang memiliki nilai kalor yang bervariasi.

Biomassa yang terbuat dari sekam memiliki nilai kalori sebesar 3.300 kkal dan biomassa dari cangkang sawit memiliki nilai kalori hingga 4.800 kkal. “Gamal dan Kaliandra mungkin merupakan tanaman HTE terbaik karena memiliki nilai kalori lebih dari 4.400 kkal dan potensi panen 30 hingga 50 ton per tahun dari 1 hektar lahan,” kata Milton melalui pesan singkat, Kamis (4/5). ). .

Menurut catatan Kementerian ESDM, potensi pemanfaatan bioenergi dalam negeri mencapai 57 giga watt (GW), sedangkan realisasinya sejauh ini hanya 3.073 mega watt (MW).

Sumber utama bioenergi adalah hutan taman energi yang umumnya terdiri dari kayu akasia, pongam, kayu putih, kaliandra, turi, dan lamtorogung.

Namun pemanfaatan bioenergi yang paling signifikan adalah pada sektor pembuatan biodiesel 30 atau B30 yang merupakan campuran 30% minyak sawit dan 70% solar. Penyiapan bahan baku biomassa sebagai campuran bahan bakar pembangkit listrik tenaga batubara masih kelas dua.

Hal ini terlihat dari keluhan PLN bahwa pasokan biomassa sebagai bahan bakar campuran pembangkit listrik berbahan bakar batubara tidak optimal, seiring dengan terbatasnya ketersediaan bahan baku. Selama ini pasokan biomassa umumnya masih berasal dari produk sampingan.

PLN melaporkan penyerapan pemanfaatan biomassa untuk campuran PLTU batubara atau co-firing sebesar 220.000 ton pada kuartal I 2023. Angka tersebut setara dengan 20% dari kebutuhan biomassa untuk 34 PLTU sebesar 1,08 juta ton pada tahun ini.

Harga biomassa untuk pembangkit listrik dibatasi oleh harga patokan tertinggi atau HPT batubara. Hal ini mempengaruhi sikap produsen yang memilih menjual biomassanya ke pasar ekspor.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2020 menyebutkan luas hutan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sumber daya biomassa adalah 572.751,955 hektar.

Angka tersebut merupakan hasil perhitungan yang meliputi Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Kemasyarakatan (KM) dan Hutan Desa (HD) dengan asumsi 25% digunakan untuk tanaman energi.

Lebih lanjut, kajian PLN-IPB tahun 2021 tentang ketersediaan lahan kering di Pulau Jawa menunjukkan potensi seluas 916.362 hektar dengan rincian masing-masing PLTU dengan radius 50 hingga 60 kilometer.

“Indonesia menghasilkan 67,8 juta ton sampah yang dapat digunakan sebagai pelet Refuse Derived Fuel (RDF) untuk menggantikan batu bara di industri semen dan pelet Solid Recovered Fuel (SRF) untuk penggunaan terbatas 1% pada co-combustion biomassa di PLTU,” kata Milton.