
Pemerintah menargetkan penyelesaian 32 pabrik pengolahan dan pemurnian mineral atau smelter hingga 2023. Akuisisi puluhan smelter tahun ini diharapkan dapat mempercepat program hilirisasi komoditas tambang dalam negeri.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengelolaan Mineral dan Batu Bara (Minerba), Irwandy Arif menjelaskan, pemerintah menargetkan untuk mendapatkan 12 smelter terintegrasi dengan tambang dan 20 smelter mandiri yang lokasinya terpisah dari tambang. daerah.
“Kami memantau semuanya dan kami mengevaluasi semuanya,” kata Irwandy saat ditemui usai acara CNBC Energy and Mining Outlook 2023, Kamis (23/2).
Ia menjelaskan, pengembangan smelting di dalam negeri menjadi tanggung jawab Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Kementerian ESDM bertanggung jawab mengamankan smelter terintegrasi, sedangkan Kementerian Perindustrian bertanggung jawab mengawasi pembangunan smelter mandiri.
Pada kesempatan tersebut, Irwandy juga menginformasikan bahwa sudah ada 21 smelter mineral eksisting yang aktif beroperasi, dengan rincian 5 smelter terintegrasi dan 16 smelter mandiri. “Mayoritas smelter nikel,” kata Irwandy.
Kementerian ESDM juga menargetkan pembangunan 12 smelter bauksit sebagai fasilitas pendukung hilirisasi yang diharapkan dapat dimulai pada Juni tahun ini. Hingga Januari, hanya ada empat smelter dengan total kapasitas input 13,88 juta ton bauksit yang menghasilkan 4,3 juta ton output alumina.
Keempat smelter tersebut dimiliki oleh PT Indonesia Chemical Alumina, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW), dan satu unit perluasan smelter WHW. Selain itu, produksi bauksit dalam negeri juga dimurnikan oleh smelter milik PT Bintan Alumina Indonesia.
Pemerintah menargetkan membangun 53 smelter di subsektor minerba hingga 2024. Nilai investasi pembangunan smelter tersebut diperkirakan mencapai US$ 21,60 miliar atau setara Rp. 326,16 triliun (asumsi kurs Rp 15.100/US$).
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, salah satu tujuan percepatan pembangunan smelter adalah untuk meningkatkan nilai tambah mineral. Dengan demikian, multiplier effect terhadap perekonomian nasional akan tercipta dari subsektor ini.