
Perusahaan panel surya asal China, Xinyi Solar Energy, dikabarkan siap menginvestasikan hingga US$ 3 miliar atau sekitar Rp 46 triliun (asumsi kurs Rp 15.518 per dolar AS) untuk mendapatkan pasokan pasir silika di Bangka Belitung. (Babel).
Pasir silika disebut sebagai komoditas pertambangan yang disukai oleh bisnis lokal dan investor asing. Produk tambang yang sering disebut pasir kuarsa ini merupakan salah satu bahan baku utama pembuatan komponen panel surya.
Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin mengatakan, Xinyi telah melakukan survei lapangan dan dijadwalkan kembali menggelar pertemuan dengan Kementerian ESDM pada 6 Februari.
“Rencana investasi US$ 3 miliar, tapi belum ada proposal tertulis. Itu baru pembahasan kita,” kata Ridwan dalam konferensi pers: Pencapaian Subsektor Mineral 2022 dan Program Kerja 2023, Selasa (31/1).
Pasir kuarsa diprediksi menjadi salah satu produk tambang yang paling banyak dicari di dunia seiring dengan tren transisi energi. Ini bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk menarik mitra investasi potensial.
Ridwan mengatakan, optimalisasi pengembangan silika berpotensi mengulang kesuksesan pemerintah dalam mengelola komoditas tambang nikel.
“Ini modal besar, dalam artian sederhana nikel diikuti pasir silika. Arah pembuatan solar panel, ini tentu bisa dilihat sebagai salah satu kontribusi Indonesia dalam transisi energi,” ujar Ridwan.
Lebih lanjut, kata Ridwan, Xinyi merupakan produsen besar yang terlibat dalam pengembangan perangkat pendukung energi terbarukan. Xinyi dikatakan menguasai 40% ceruk pasar panel surya global. “Misalnya bisa membangun dalam waktu 18 bulan di Malaysia, produksinya sudah keluar,” kata Ridwan.
Selain menjadi bahan baku pembuatan panel surya, pasir silika juga menjadi bahan utama peralatan telekomunikasi dan otomotif, khususnya kendaraan listrik untuk industri semikonduktor.
Kementerian ESDM menyatakan jumlah sumber daya pasir silika mencapai 25 miliar ton dengan total cadangan yang siap dilepas sebanyak 331 juta ton.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pihaknya mengusulkan pelarangan ekspor Silika untuk memperkuat industri semikonduktor dalam negeri.
“Tembaga, Timah, Bauksit dan saya juga akan mengusulkan Silika karena ini bagian penting dari pengembangan industri semikonduktor. Kami di Kemenperin sangat serius mendorong itu,” kata Agus saat ditemui di Thamrin Nine Ballroom, Selasa (18/8). /10/2022).
Larangan ekspor silika bertujuan untuk menutup peluang pasar yang besar untuk produk elektronik. Selain itu, perkembangan peralatan telekomunikasi dan otomotif, khususnya kendaraan listrik, serta digitalisasi di banyak sektor juga membuka peluang bagi industri semikonduktor.