PT PLN (Persero) menandatangani perjanjian kerjasama pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) 17,7 megawatt (MW) di Palembang. Langkah ini diambil PLN untuk memperbaiki bauran energi dan mengurangi masalah sampah kota.
Kerja sama pembangunan PLTSa ditandai dengan penandatanganan kesepakatan menuju Power Purchase Agreement (PPA) di luar acara The 11th Indonesia EBTKE ConEx 2023, Kamis (13/7) lalu.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan melalui pembangunan PLTSa ini, selain menjadi pembangkit listrik yang ramah lingkungan, juga akan menjadi jawaban atas permasalahan pengelolaan sampah di perkotaan.
“Dengan adanya PLTSa ini, PLN tidak hanya menambah bauran energi tetapi juga membantu mengatasi masalah sampah di daerah tersebut. Melalui PLTSa ini, sampah diolah menjadi sumber energi rumah tangga yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat,” kata Darmawan, dalam keterangan tertulis, Minggu (16/7).
PLTSa Palembang berkapasitas 17,7 MW diproyeksikan mampu menyerap 1.000 ton sampah perkotaan per hari.
Selain itu, pada acara ini, PLN juga menandatangani PPA Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di kawasan Belinyu, Bangka Belitung dengan kapasitas puncak 1 megawatt (MWp).
“Indonesia kaya akan potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi bersih, di sisi lain ini juga merupakan sumber energi dalam negeri untuk menjaga ketahanan energi dalam negeri,” jelas Darmawan.
Untuk itu, Darmawan menegaskan PLN mendukung penuh pembangunan PLTS Belinyu dengan kapasitas puncak 1 megawatt (MWp) karena sinar matahari di Indonesia merupakan salah satu sumbernya. PLTS ini diharapkan mampu meningkatkan kehandalan kelistrikan di Bangka Belitung.
“PLN akan terus mengakselerasi penambahan kapasitas terpasang pembangkit EBT di Indonesia agar dapat memenuhi kebutuhan listrik sekaligus meningkatkan bauran EBT dalam mencapai net zero emission pada tahun 2060,” pungkas Darmawan.
