
PT PLN sedang melakukan uji coba pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Biogas atau PLTBg berbasis limbah cair pabrik kelapa sawit (Pome) di Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. PLTBg Pasadena berkapasitas 3×1 megawatt (MW) ditargetkan beroperasi pada akhir April 2023.
General Manager PLN Unit Distribusi Utama Kepulauan Riau dan Riau Agung Murdifi menjelaskan, PLTBg berbasis limbah cair kelapa sawit ini ramah lingkungan. PLTBg juga handal karena bisa beroperasi 24 jam.
Selain itu, pembangkit listrik tenaga biogas dari limbah kelapa sawit cenderung stabil dan tidak terpengaruh oleh faktor cuaca. Agung mengatakan listrik yang dihasilkan PLTBg Pasadena berkapasitas 3×1 megawatt (MW) ditargetkan beroperasi akhir April 2023. Harganya relatif lebih murah dibandingkan teknologi listrik berbasis minyak.
“Pembangkit EBT ini akan segera bergabung dengan sistem distribusi PLN dan diharapkan dapat memperkuat sistem kelistrikan di Provinsi Riau,” kata Agung dalam siaran persnya, dikutip Kamis (20/4).
Potensi Penggunaan Biogas
Pengoperasian PLTBg merupakan salah satu kerjasama PLN dalam menghadirkan tenaga listrik yang telah diatur dalam Peraturan Menteri ESDM No. 4 tahun 2020.
“Di Riau, PLN dan PT Pasadena Biofuels Mandiri bersinergi memanfaatkan biogas untuk menghasilkan energi bersih melalui Pembangkit EBT PLTBg Pasadena,” ujar Agung.
Kementerian ESDM menyatakan, realisasi konsumsi biogas dari olahan Pome mencapai 16,38 juta meter kubik pada 2022. Biogas dari limbah sawit mayoritas digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Baru Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Edi Wibowo mengatakan 15,2 juta meter kubik atau 92% dari biogas limbah sawit tahun lalu digunakan untuk menghasilkan listrik. “Sisanya digunakan langsung untuk non listrik atau sebagai pemanas,” kata Edi melalui pesan singkat WhatsApp, Jumat (14/4).
Edi melanjutkan, pemanfaatan biogas dari kelapa sawit digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik perkebunan kelapa sawit dan dijual ke PLN.
Indonesia memiliki potensi pemanfaatan biogas dari limbah industri kelapa sawit yang diolah hingga 5,2 miliar meter kubik per tahun. Jumlah ini setara dengan 2,6 juta ton LPG atau sepertiga dari kebutuhan LPG dalam negeri setiap tahun.
Mengurangi Beban Anggaran Negara
Koordinator Investasi dan Kerjasama Bioenergi, Trois Dilisusendi mengatakan, penggunaan biogas dapat meringankan beban APBN karena adanya subsidi dan impor LPG yang mencapai 6,7 juta ton atau 77 persen dari kebutuhan LPG dalam negeri.
“Potensi untuk mengolah biogas dari Pome sangat besar,” kata Trois dalam diskusi daring bertajuk ‘Peluang Bisnis Biometana’, Kamis (13/4).
Selain itu, Indonesia juga memiliki sumber daya pome yang sangat banyak. Hal ini terlihat dari populasi industri kelapa sawit yang telah mencapai 889 perusahaan, dengan mayoritas berada di wilayah Sumatera.
Sementara itu, perusahaan kelapa sawit sebagian besar berlokasi di Provinsi Riau seperti Kampar, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Siak, dan Kabupaten Kotawaringin Timur. “Potensi teknisnya bisa menghasilkan listrik hingga 7.040 mega watt,” kata Trois.
Selain Pome, Trois menjelaskan potensi pengolahan biogas dari limbah singkong sebanyak 266 juta meter kubik per tahun dengan sumber daya tanaman singkong sebanyak 10.588 ton per hari.
Kemudian ada potensi biogas sebesar 4,5 miliar meter kubik per tahun dari pengolahan 425 juta ton limbah pupuk dan 2,7 miliar meter kubik dari pengolahan 66,7 juta ton sampah kota setiap tahunnya. “Jadi menurut saya ini potensi besar bagi kita untuk meningkatkan dan meningkatkan produksi biogas kita,” ujar Trois.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, kebutuhan energi pada 2050 akan mencapai 2,9 miliar barel setara minyak (BOE) pada 2050. Angka ini naik dari proyeksi 2040 sebesar 2,1 miliar BOE.