
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Hibrida Nusa Penida hingga saat ini terus konsisten memasok energi bersih untuk sistem kelistrikan PLN di Bali. PLTS dengan kapasitas puncak 3,5 Megawatt (MWp) mampu mereduksi emisi sebesar 4,19 ribu ton CO2e per tahun untuk Pulau Bali.
PLTS Hybrid Nusa Penida mulai beroperasi sesaat sebelum KTT G20 pada November 2022. PLTS ini merupakan salah satu inisiatif transisi energi PLN yang berkomitmen untuk meningkatkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) di tanah air.
Selain listrik, PLTS dengan luas lebih dari 4,5 hektar ini juga menjadi lokasi wisata edukasi di Bali.
“Ini contoh bagus yang harus ditingkatkan. Apalagi Nusa Penida merupakan daerah tujuan wisata, sehingga wajib menggunakan energi bersih yang menjadi komitmen pemerintah pusat dan daerah,” kata Pusat Energi Terbarukan Berbasis Masyarakat (CORE) Universitas Udayana, Ida Ayu Dwi Giriantari.
Ida melanjutkan, kehadiran PLTS Hybrid di Nusa Penida berdampak signifikan dalam mengurangi penggunaan energi fosil, terutama pada siang hari. Apalagi sebagian besar EBT di Bali berasal dari PLTS yang lemah dalam mensuplai listrik secara konsisten terutama saat tidak ada sinar matahari.
Sedangkan PLTS Hybrid Nusa Penida merupakan pembangkit listrik yang beroperasi dengan konfigurasi sistem hybrid yang terdiri dari pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), PLTS, dan menggunakan Battery Energy Storage System (BESS) dengan kapasitas 1,84 megawatt jam (MWh).
“Untuk mempercepat proses transisi energi, PLN akan terus menambah kapasitas pembangkitan berbasis energi terbarukan,” tambah General Manager PLN Unit Distribusi Induk Bali, I Wayan Udayana.
Udayana menambahkan, rencananya pada tahun 2023 akan ada tambahan pembangkit EBT yaitu PLTS di Bali timur dan barat masing-masing 25 megawatt (MW) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) Titab dengan daya 1,3 MW, yang selanjutnya akan meningkatkan bauran energi hingga 1,48 persen.
“Rencana pengembangan ini akan dilakukan oleh PLN Indonesia Power yang selanjutnya akan menambah bauran pembangkit EBT untuk mendukung target net zero emission pada tahun 2060,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, dalam rangka mewujudkan transisi energi, untuk mewujudkan akses listrik yang andal, terjangkau, bersih dan dapat digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, PLN terus menjalin kerjasama dengan berbagai pihak antara lain investor, pemerintah, masyarakat dan pihak lainnya. Para Pihak. .
Program percepatan transisi energi juga tertuang dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode 2021-2010 yang disusun untuk mencapai Netralitas Karbon pada tahun 2010.