
Pemerintah terus menggarap proyek strategis nasional (PSN) gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) meski sudah ditinggalkan oleh perusahaan pengolah gas dan kimia asal Amerika Serikat (AS), Air Products and Chemicals Inc. . sebagai investor utama.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah telah mencari calon mitra pengganti Air Products dari China. Ia mengatakan akan menemui calon investor baru setelah menghadiri KTT G7 di Hiroshima, Jepang pada 19-21 Mei 2023.
“Kami punya calon mitra dari China. Belum bisa kami sebutkan namanya. Besok saya dari G7 akan ke China,” kata Luhut di Hotel Westin Jakarta, Senin (9/5).
Luhut mengatakan calon mitra baru tersebut memiliki teknologi terkini. Selain mampu mengolah batu bara menjadi gas, mereka juga memiliki teknologi yang dapat menginjeksikan CO2 hasil operasi proyek ke perut bumi. “Ternyata Air Products itu teknologi dari China juga. Kadang Amerika menjualnya ke langit,” kata Luhut.
Proyek gasifikasi yang berlokasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan ini diperkirakan mampu menghasilkan 1,4 juta ton DME per tahun dari 6 juta ton batu bara berkalori 4.200. Proyek senilai Rp 34,04 triliun itu juga akan menghasilkan 2,1 juta ton metanol per tahun dan Syngas atau gas sintetis sebanyak 4,5 juta kN/m3 per tahun.
Mundurnya Air Products and Chemicals Inc dari proyek hilirisasi batu bara dengan PT Bukit Asam (PTBA) menyusul perubahan arah bisnis perseroan menjadi pengembang hidrogen di negara asalnya, Amerika.
Pergerakan Air Products juga didorong oleh kebijakan Pemerintah AS yang mendukung pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) dengan memberikan subsidi pada proyek-proyek yang sedang berjalan, khususnya dalam pengembangan hidrogen.
Hal ini diatur dalam Inflation Reduction Act (IRA) atau Undang-Undang Pengurangan Inflasi yang diterbitkan pada Agustus 2022. Melalui IRA, pemerintah AS mengalokasikan US$ 369 miliar untuk menjaga ketahanan energi negara sekaligus memitigasi dampak perubahan iklim. IRA juga mengatur fasilitas kredit investasi untuk pengembangan proyek dan teknologi penyimpanan hidrogen.
Usulan PT Bukit Asam untuk menarik investor baru
Sebelumnya PTBA berinisiatif mengusulkan kepada pemerintah untuk menindaklanjuti pembangunan kawasan industri khusus di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, sebagai cara menarik investor baru untuk proyek gasifikasi batu bara.
“Kami mengusulkan agar Kawasan Industri Tanjung Enim ditetapkan sebagai KEK untuk mendapatkan insentif bagi investor yang berkontribusi dalam pengembangan hilirisasi batubara,” kata Sekretaris Perusahaan PTBA Apollonius Andwie melalui SMS, Jumat (5/5).
KEK yang dimaksud adalah kawasan industri terpadu seluas 585 hektar di Tanjung Enim. Kawasan bernama ‘Kawasan Industri Berbasis Batubara Bukit Asam’ ini diproyeksikan menjadi pusat industri hilir dan berbasis energi.
Akuisisi kawasan ekonomi khusus diharapkan dapat menarik modal investor dengan menawarkan insentif yang diberikan oleh pemerintah. Lahan khusus tersebut ditujukan untuk pengembangan industri hilir bekerja sama dengan calon mitra.
Selain itu, PTBA telah mengalokasikan cadangan batu bara khusus untuk proyek hilir, sehingga kebutuhan batu bara untuk industri hilir dapat terjamin. “Dengan dukungan yang solid dari pemerintah, PTBA optimistis hilirisasi batu bara akan terwujud,” kata Apollo.