
Perusahaan tambang batu bara milik negara PT Bukit Asam atau PTBA akan membangun pembangkit listrik tenaga angin atau PLTB di kawasan timur Indonesia. Langkah ini disebut sebagai strategi bisnis perseroan dalam upaya mengikuti tren bisnis energi yang semakin mengarah ke sumber energi terbarukan.
“Sedang dikaji, mungkin di Indonesia Timur nanti. Kami melihat energi baru dan terbarukan itu tidak bisa dihindari, jadi kami juga tidak mau ketinggalan,” kata Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail saat ditemui di Gedung Nusantara I DPR, Selasa. (12/6) .
Langkah PTBA ini merupakan kelanjutan dari upaya perseroan mengembangkan PLTB berkapasitas 1.300 megawatt (MW) di China Selatan.
Dalam proses itu, PTBA akan menjalin kerja sama dengan pembangkit listrik China Huadian Corporation (CHD) melalui Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani pada 18 Oktober 2022. Kerjasama ini diharapkan menjadi pintu gerbang transfer teknologi untuk pengembangan PLTB di Indonesia.
Melalui kerjasama ini, PTBA berharap dapat memperoleh manfaat berupa alih teknologi dan kesempatan untuk memperluas kerjasama dalam pengembangan PLTB di Indonesia. “Peran kami di proyek itu tidak terlalu banyak, itu proyek di China yang ingin kami tarik ke Indonesia,” kata Arsal.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan dan Teknologi Energi Baru dan Terbarukan (P3TKEBT) telah melakukan kajian potensi energi angin pada tahun 2020, dengan menghitung potensi energi angin di wilayah darat dan laut. Indonesia.
Berdasarkan hasil pemetaan distribusi kecepatan angin diketahui bahwa kecepatan angin kencang antara 6 sampai 8 meter per detik (m/s) di wilayah daratan terdapat di pantai selatan Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Maluku. dan Nusa Tenggara Timur.
Sedangkan kecepatan angin di lepas pantai menunjukkan angka lebih dari 8 m/s terjadi di lepas pantai Banten, lepas pantai Sukabumi, lepas pantai Kupang, lepas pantai Pulau Wetar, dan lepas pantai Kabupaten Jeneponto, serta lepas pantai Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Kecepatan angin maksimum terjadi pada bulan Juni, Juli, Agustus saat monsun Australia sedangkan kecepatan angin minimum terjadi pada bulan Maret, April dan Maret saat monsun Asia bergeser ke monsun Australia.
Selain itu, studi juga memperlihatkan peta sebaran wind power density (WPD) di beberapa lokasi yang dinilai berpotensi sebagai wind farm. WPD di Sukabumi, Pandeglang, Yogyakarta selatan, Kupang, Sulawesi Selatan, Maluku, mencapai 400–500 watt/m2 termasuk dalam kelas baik.
Untuk lepas pantai Banten, lepas pantai Sukabumi, lepas pantai Kupang, lepas pantai Pulau Wetar, lepas pantai Kabupaten Jeneponto, dan lepas pantai Kabupaten Kepulauan Tanimbar memiliki kelas WPD yang sangat baik, dengan keluaran energi angin 500-600 watt/m2.