
Asosiasi Industri Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) menyebut China berpotensi menjadi investor terbesar dalam proyek hilirisasi bauksit domestik seperti yang dilakukan dalam program hilirisasi bijih nikel.
Ketua Pelaksana APB3I Ronald Sulistyanto mengatakan, asosiasi kerap menjalin komunikasi dengan calon mitra investor terkait penanaman modal asing di sektor industri bauksit. Namun, dalam dua tahun terakhir, hanya China yang menanggapi undangan ini secara positif.
Salah satunya Aluminium Corporation of China Limited atau Chalco. “Tidak ada investor lain selain China, terutama untuk nikel dan bauksit. Kami sudah dua tahun mencari dan bertemu dengan mereka untuk masuk ke Indonesia,” kata Ronald kepada Katadata.co.id melalui telepon, Jumat (30/12).
Ronald mengatakan, China merupakan negara yang menjadi investor terbesar dalam investasi pertambangan di Indonesia, khususnya pada komoditas pertambangan mineral nikel dan bauksit.
Pasalnya, bauksit dan nikel merupakan komoditas penting bagi China yang sebagian besar digunakan sebagai produk antara atau bahan baku yang telah melalui proses pengolahan dan digunakan dalam proses produksi.
“Di kedua sektor tersebut, China masih memiliki peran penting karena nikel dan bauksit merupakan produk antara mereka,” ujarnya.
Dia juga menyebutkan, tidak ada satu pun perusahaan dalam negeri yang mampu menjalankan industri pengolahan bijih bauksit di dalam negeri tanpa bantuan investasi China.
Ini berangkat dari belanja modal rata-rata hingga US$ 1,2 miliar atau setara Rp 18,6 triliun untuk pembangunan satu unit smelter yang mampu mengolah 6 juta ton bijih bauksit menjadi 2 juta ton alumina per tahun.
“Kalau sendiri tidak mampu, tapi kalau dibantu pemerintah dengan penyertaan modal sekitar 25%, mungkin masih mampu,” ujar Ronald.
Lebih lanjut, kata Ronald, sumber pembiayaan atau suntikan modal dari lembaga keuangan di dalam negeri semakin sulit menyalurkan pinjaman kepada pelaku usaha di industri bauksit. Menurut dia, hal inilah yang menyebabkan perusahaan bauksit dalam negeri mencari tambahan investasi dari China.
“Kami sudah ajukan ke Himbara (Himpunan Bank Milik Nasional) tapi ditolak. Kami sebenarnya minta tambahan ekuitas agar posisi kami bisa disamakan dengan investor, tapi itu tidak mungkin,” kata Ronald.
Daftar Peleburan Bauksit yang Ada di Indonesia
Mengutip catatan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) hingga Juni 2022, Indonesia memiliki pabrik pengolahan bijih bauksit yang memproduksi smelting grade alumina (SGA) milik PT Well Harvest Winning Alumina Refinery dan PT Bintan Alumina. Indonesia (BAI).
Kedua smelter dengan kapasitas input 12,5 juta ton bijih bauksit tersebut dapat memproduksi hingga 4 juta ton bauksit olahan setiap tahunnya.
Smelter milik PT Well Harvest Winning Alumina Refinery ini mayoritas dimiliki oleh perusahaan asal China yakni China Hongqiao Group Limited dengan kepemilikan saham hingga 56%.
Disusul kepemilikan 30% oleh Harita Group melalui PT Cita Mineral Investindo tbk dan Winning Investment Company yang memiliki 9% dan Shandong Weiqiao Aluminium and Electricity Co., Ltd memiliki 5% saham.
Sementara itu, PT BAI juga merupakan perusahaan China yang bergerak di bidang pengolahan dan peleburan aluminium di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.
Seperti diketahui, pemerintah akan melarang ekspor bauksit mentah dan mendorong pembangunan smelternya di Indonesia. Pemerintah menargetkan menambah 12 smelter baru.
Saat ini baru ada empat smelter dengan kapasitas produksi 4,3 juta ton per tahun, dan empat smelter masih dalam tahap pembangunan dengan kapasitas produksi 4,98 juta ton per tahun. Jika semua selesai, Indonesia akan memiliki 20 smelter bauksit.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan cadangan bauksit Indonesia mencapai 3,2 miliar ton. Sedangkan kapasitas peleburan yang ada bisa mengolah 41,5 juta ton bauksit per tahun.
“Jadi, dari delapan smelter yang sudah selesai, masih bisa dibangun 12 lagi dan daya tahan cadangan bauksit kita antara 90-100 tahun,” kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di Istana Merdeka, Rabu (21/12). ).